Candi Puro;
Peninggalan Mojopahit yang Mengilhami Nama Sebuah Kecamatan
Dipercaya,
Bila Mandi di Kolam Bisa Awet Muda
Candi Putri atau Candi Puro yang terletak di Dukuh Selorejo, Desa Klopo Sawit,
Kecamatan Candipuro, Lumajang menyimpan cerita sejarah tersendiri. Sayangnya,
kondisi candi kini telah rusak dan tak terurus.
CANDI
ini terletak sekitar 5 kilometer ke arah utara dari Balai Desa Sumberejo dan
terletak di areal persawahan, masuk Desa Kloposawit. Berada di ketinggian 310
meter di atas permukaan laut (dpl) di lereng sebelah timur gunung Semeru.
Bangunan utama candi kini sudah tak berbentuk lagi. “Sekitar 20 tahun lalu,
saya sering bermain ke sini dan bangunannya masih berdiri. Saya lupa tepatnya
kapan candi ini rata dan tinggal tumpukan bata seperti ini,” jelas Kepala Desa
Sumberejo Bowo Prayitno. Padahal, keberadaan candi inilah yang kemudian
mengilhami munculnya nama Kecamatan Candipuro.
Bangunan
candi sebagian besar terdiri dari batu bata merah berukuran sedang dengan luas
mencapai 12 meter persegi. Selain tumpukan batu bata merah, terdapat beberapa
batu andesit sebanyak 7 buah yang merupakan pintu ambang masuk ke dalam candi.
“Dulu sewaktu saya masih kecil, bangunannya masih berdiri. Tapi kemudian ambruk
dan akhirnya hanya ditumpuk seperti ini,” katanya sambil menunjukkan tumpukan
batu bata.
Saat
ini, bangunan candi hanya dibatasi pagar kawat yang sudah karatan. Menurut
Bowo, sejak bangunan candi roboh, banyak warga yang mengambil batu bata. Ada
yang digunakan tambahan bahan bangunan rumah, ada pula yang digunakan untuk
tungku.
Keberadaan candi ini juga memunculkan cerita-cerita menarik dan sedikit berbau
mistis. “Kalau tumang (tungku)-nya pakai batu candi, nasi yang dimasak tidak
mateng-mateng (masak). Jadi ada yang dikembalikan lagi ke kompleks ini,”
katanya.
Menurut cerita juga, di dalam bangunan candi, konon terdapat sebuah gua yang
sangat panjang. “Katanya tembus hingga laut utara Jawa,” tambahnya. Tapi, belum
ada yang masuk ke dalam gua untuk membuktikan kebenaran cerita tersebut.
Sementara,
kondisi sebelah selatan candi dengan jarak kira-kira 50 meter terdapat kubangan
air yang dipenuhi rumput liar. Menurut Bowo, berdasarkan cerita yang dia
dapatkan, kubangan ini dulunya merupakan kolam mandi yang airnya sangat jernih.
“Berdasarkan cerita, kolam ini dulunya merupakan tempat mandi para putri
Majapahit. Dan dipercaya jika mandi di kolam ini akan awet muda dan cantik,”
jelasnya. Karenanya, lanjut dia, dulunya banyak yang mandi di kolam tersebut
untuk mempertahankan kecantikan. Sayangnya, kolam tersebut kini sudah tak bisa
lagi digunakan mandi. Seluruh kolam yang cukup luas itu sudah tertutup rumput
ilalang dan lumut. Warga sekitar juga jarang yang mengambil air dari tempat
tersebut.
Selain
kedua lokasi tersebut, masih ada peninggalan lainnya. Yakni, berupa lingga yoni
dari batu andesit 100 meter di arah utara candi. Yoni ini memiliki tinggi,
panjang, dan lebar masing-masing 64 cm. sedangkan lingga memiliki diameter 16
cm. Bagian atas yoni pun sudah cuil dan patahannya banyak yang berserakan.
Sedangkan pada lingga, pada bagian bulatannya juga patah. “Walau saya asli
warga sini, saya tidak tahu pasti tentang candi ini,” ujarnya.
Sementara
itu, berdasarkan data di Dinas Pendidikan Lumajang, hanya ada keterangan fisik
material candi tanpa ada data yang lengkap soal candi tersebut. “Hanya tercatat
jika bangunan candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1955,” ujar Suyadi,
Kasi Kebudayaan. Candi tersebut, lanjut dia, diperkirakan dibangun pada jaman
Kerajaan Majapahit pada kisaran tahun 1200-an
Dilain Pihak, terkait perawatan Candi Putri atau Candi Puro, Kabidpora dan
kebudayaan Drs Rukin berdalih, jika perawatan candi merupakan kewajiban
pemeirntah provinsi. “Kalau kabupaten anggarannya tidak ada. Beberapa kali kami
ajukan selalu dicoret,” ujarnya. (zawawi)