Thursday, 1 September 2016

Contoh Surat Izin Orang Tua

SURAT IZIN ORANG TUA


Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama                             : Lukitya
                     Tempat/Tgl.Lahir          : Semarang, 28 Juli 1973
                     Jenis Kelamin               : Laki - laki
Pekerjaan                      : Swasta
Alamat                          :  Pasirian kab.lumajang 
                                       
Agama                          : Islam
Dengan ini saya mengijinkan anak saya untuk melamar kerja di perusahaan yang Bapak/Ibu Pimpin. Berikut identitas yang bersangkutan :
Nama                            : 
Tempat/Tgl.Lahir          : 
Jenis Kelamin               : 
Alamat                          : 
                                       
Agama                          : 

Demikian surat izin ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Asal Mula Desa Tambakrejo

disini saya akan menceritakan tentang asal mula desa Tambakrejo kab. Lumajang

         Desa Tambakrejo merupakan bagian dari Kecamatan Patebon yang ada di Kabupaten Kendal. desa Tambakrejo terdiri dari 4 Rukun Warga dan 23 Rukun Tetangga. Masyarakat yang tenteram dan damai dengan menjunjung nilai-nilai agama dan budaya. Hal ini sudah sejak lama tetap utuh di desa Tambakrejo. Masyarakat yang taat beribadah ini terlihat dengan kegiatan-kegiatan keagamaannya, seperti adanya kegiatan “Kuliah Subuh” yang rutin diadakan pada minggu pagi sekitar pukul 05.00 WIB.
Sobat tahukah arti Tambakrejo itu??. Ketika Sobat berkunjung ke Desa Tambakrejo pasti yang terbesit pertama kali dalam benak Sobat semua yaitu sebuah desa yang memiliki banyak tambak ikannya dan dekat dengan laut. Sobat tidak akan mengira bahwa sebenarnya desa Tambakrejo sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani padi dan jagung. Namun beberapa masyarakatnya ada juga yang memiliki profesi sebagai petani tambak ikan.
        Sejarah pemberian nama Tambakrejo ini berawal dari sebuah kali besar yang berada di barat laut desa Tambakrejo. RW 3 Desa Tambakrejo langsung berbatasan dengan Desa Kebonharjo, kedua desa tersebut dipisahkan oleh “kali” atau sungai besar. “Kali” besar tersebut ketika hujan lebat dapat menimbulkan banjir di Desa Tambakrejo. Maka demi menangkis banjir tersebut dibuatlah jalan yang besar dan tinggi oleh pangeran Lando. Kemudian pangeran Lando diberi julukan kyai Tambak oleh wali Joko Kendil. Rakyat desa damai dan sejahtera, karena desa tersebut bebas dari banjir karena “bejo” (karena ada tambak atau penahan air yang dibuat). “Bejo” tadi diubah menjadi rejo. Kemudian desa tersebut dikenal dengan nama desa Tambakrejo yang terdiri dari tiga RW dan satu RW sisanya masih menjadi desa Tambakroto. Setelah lurah Tambakroto meninggal dan tak ada yang menggantikannya, maka disatukanlah desa Tambakroto dengan desa Tambakrejo yang sekarang menjadi RW 2.
Itulah sejarah singkat dari desa Tambakrejo dan kehidupan sosial budayanya. Semoga sejarah singkat di atas bermanfaat bagi para penikmat sejarah.


LEGENDA DESA CANDIPURO (Lumajang)




Candi Puro; Peninggalan Mojopahit yang Mengilhami Nama Sebuah Kecamatan

            Dipercaya, Bila Mandi di Kolam Bisa Awet Muda
Candi Putri atau Candi Puro yang terletak di Dukuh Selorejo, Desa Klopo Sawit, Kecamatan Candipuro, Lumajang menyimpan cerita sejarah tersendiri. Sayangnya, kondisi candi kini telah rusak dan tak terurus.
            CANDI ini terletak sekitar 5 kilometer ke arah utara dari Balai Desa Sumberejo dan terletak di areal persawahan, masuk Desa Kloposawit. Berada di ketinggian 310 meter di atas permukaan laut (dpl) di lereng sebelah timur gunung Semeru.
Bangunan utama candi kini sudah tak berbentuk lagi. “Sekitar 20 tahun lalu, saya sering bermain ke sini dan bangunannya masih berdiri. Saya lupa tepatnya kapan candi ini rata dan tinggal tumpukan bata seperti ini,” jelas Kepala Desa Sumberejo Bowo Prayitno. Padahal, keberadaan candi inilah yang kemudian mengilhami munculnya nama Kecamatan Candipuro.
            Bangunan candi sebagian besar terdiri dari batu bata merah berukuran sedang dengan luas mencapai 12 meter persegi. Selain tumpukan batu bata merah, terdapat beberapa batu andesit sebanyak 7 buah yang merupakan pintu ambang masuk ke dalam candi. “Dulu sewaktu saya masih kecil, bangunannya masih berdiri. Tapi kemudian ambruk dan akhirnya hanya ditumpuk seperti ini,” katanya sambil menunjukkan tumpukan batu bata.
            Saat ini, bangunan candi hanya dibatasi pagar kawat yang sudah karatan. Menurut Bowo, sejak bangunan candi roboh, banyak warga yang mengambil batu bata. Ada yang digunakan tambahan bahan bangunan rumah, ada pula yang digunakan untuk tungku.
Keberadaan candi ini juga memunculkan cerita-cerita menarik dan sedikit berbau mistis. “Kalau tumang (tungku)-nya pakai batu candi, nasi yang dimasak tidak mateng-mateng (masak). Jadi ada yang dikembalikan lagi ke kompleks ini,” katanya.
Menurut cerita juga, di dalam bangunan candi, konon terdapat sebuah gua yang sangat panjang. “Katanya tembus hingga laut utara Jawa,” tambahnya. Tapi, belum ada yang masuk ke dalam gua untuk membuktikan kebenaran cerita tersebut.
            Sementara, kondisi sebelah selatan candi dengan jarak kira-kira 50 meter terdapat kubangan air yang dipenuhi rumput liar. Menurut Bowo, berdasarkan cerita yang dia dapatkan, kubangan ini dulunya merupakan kolam mandi yang airnya sangat jernih. “Berdasarkan cerita, kolam ini dulunya merupakan tempat mandi para putri Majapahit. Dan dipercaya jika mandi di kolam ini akan awet muda dan cantik,” jelasnya. Karenanya, lanjut dia, dulunya banyak yang mandi di kolam tersebut untuk mempertahankan kecantikan. Sayangnya, kolam tersebut kini sudah tak bisa lagi digunakan mandi. Seluruh kolam yang cukup luas itu sudah tertutup rumput ilalang dan lumut. Warga sekitar juga jarang yang mengambil air dari tempat tersebut.
            Selain kedua lokasi tersebut, masih ada peninggalan lainnya. Yakni, berupa lingga yoni dari batu andesit 100 meter di arah utara candi. Yoni ini memiliki tinggi, panjang, dan lebar masing-masing 64 cm. sedangkan lingga memiliki diameter 16 cm. Bagian atas yoni pun sudah cuil dan patahannya banyak yang berserakan. Sedangkan pada lingga, pada bagian bulatannya juga patah. “Walau saya asli warga sini, saya tidak tahu pasti tentang candi ini,” ujarnya.
            Sementara itu, berdasarkan data di Dinas Pendidikan Lumajang, hanya ada keterangan fisik material candi tanpa ada data yang lengkap soal candi tersebut. “Hanya tercatat jika bangunan candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1955,” ujar Suyadi, Kasi Kebudayaan. Candi tersebut, lanjut dia, diperkirakan dibangun pada jaman Kerajaan Majapahit pada kisaran tahun 1200-an
Dilain Pihak, terkait perawatan Candi Putri atau Candi Puro, Kabidpora dan kebudayaan Drs Rukin berdalih, jika perawatan candi merupakan kewajiban pemeirntah provinsi. “Kalau kabupaten anggarannya tidak ada. Beberapa kali kami ajukan selalu dicoret,” ujarnya. (zawawi)


Coban Kethak

    Wista yang harus anda datangin di hari libur kerja maupun libur sekolah. sekedar untuk mengenalkan wisata pada bumi kartini yang kaya dengan kekayaan alamnya dan keindahan yang tak ada duanya.

           Coban Kethak berlokasi di desa Pait kecamatan Kasembon kabupaten Malang yang telah dibuka sejak November 2014 oleh Disbudpar Kabupaten Malang Made Arya Wedanthara SH, bersama administratur/KPPH Malang Ir Arif Herlambang MM ini semakin lama banyak juga yang mengunjungi dan penasaran dengan keberadaan batu kepala singa
Memang benar,kalau kita amati secara seksama,batu kepala singa tersebut persis berada di bawah aliran air terjun. Fina salah satu staf pengelola menjelaskan kepada Malang Pagi di saat liburan sekolah kemarin pengunjung bisa mencapai rata-rata 500 sampai 600 wisatawan per hari.
“Untuk hari libur biasa,pengunjung perhari sekitar 50 sampai70 wisatawan.Untuk wisatawan sendiri banyak juga yang datang dari luar kota,mereka juga penasaran dengan keberadaan batu yang mirip kepala singa,”jelas Fina.

       Coban kethak dengan luas 4 hektar banyak di tumbuhi pohon durian dan alpukat saat ini pengelolaannya dikelola oleh yayasan Suba Indonesia bekerja sama dengan Perhutani kabupaten Malang denga harga tiket masuk sebesar 5000 rupiah. Lokasinya pun mudah dijangkau, persis di samping jalan raya hutan Pait sekitar 15 km dari kecamatan Pujon ,jadi wisata tidak terlalu repot dan banyak bertanya.
Untuk menuju lokasi,wisatawan harus menapaki jalan bebatuan sepanjang 25 meter melewati bangunan yang terbuat dari bambu dan wisatawan langsung bisa berhadapan dengan air terjun yang memecah tebing berhiaskan akar-akar pohon liar dan berair dingin ini,bak perawan yang baru terjaga dari tidurnya.Sarana dan keindahan yang alami membuat wisatawa betah berlama-lama di tempat ini,

Suara deburan air terjun setinggi 25 meter ini seakan memecah kesunyian hutan rimba yang dulunya banyak di huni satwa liar ,seperti kera dan beraneka macam burung.