Thursday, 1 September 2016

LEGENDA DESA CANDIPURO (Lumajang)




Candi Puro; Peninggalan Mojopahit yang Mengilhami Nama Sebuah Kecamatan

            Dipercaya, Bila Mandi di Kolam Bisa Awet Muda
Candi Putri atau Candi Puro yang terletak di Dukuh Selorejo, Desa Klopo Sawit, Kecamatan Candipuro, Lumajang menyimpan cerita sejarah tersendiri. Sayangnya, kondisi candi kini telah rusak dan tak terurus.
            CANDI ini terletak sekitar 5 kilometer ke arah utara dari Balai Desa Sumberejo dan terletak di areal persawahan, masuk Desa Kloposawit. Berada di ketinggian 310 meter di atas permukaan laut (dpl) di lereng sebelah timur gunung Semeru.
Bangunan utama candi kini sudah tak berbentuk lagi. “Sekitar 20 tahun lalu, saya sering bermain ke sini dan bangunannya masih berdiri. Saya lupa tepatnya kapan candi ini rata dan tinggal tumpukan bata seperti ini,” jelas Kepala Desa Sumberejo Bowo Prayitno. Padahal, keberadaan candi inilah yang kemudian mengilhami munculnya nama Kecamatan Candipuro.
            Bangunan candi sebagian besar terdiri dari batu bata merah berukuran sedang dengan luas mencapai 12 meter persegi. Selain tumpukan batu bata merah, terdapat beberapa batu andesit sebanyak 7 buah yang merupakan pintu ambang masuk ke dalam candi. “Dulu sewaktu saya masih kecil, bangunannya masih berdiri. Tapi kemudian ambruk dan akhirnya hanya ditumpuk seperti ini,” katanya sambil menunjukkan tumpukan batu bata.
            Saat ini, bangunan candi hanya dibatasi pagar kawat yang sudah karatan. Menurut Bowo, sejak bangunan candi roboh, banyak warga yang mengambil batu bata. Ada yang digunakan tambahan bahan bangunan rumah, ada pula yang digunakan untuk tungku.
Keberadaan candi ini juga memunculkan cerita-cerita menarik dan sedikit berbau mistis. “Kalau tumang (tungku)-nya pakai batu candi, nasi yang dimasak tidak mateng-mateng (masak). Jadi ada yang dikembalikan lagi ke kompleks ini,” katanya.
Menurut cerita juga, di dalam bangunan candi, konon terdapat sebuah gua yang sangat panjang. “Katanya tembus hingga laut utara Jawa,” tambahnya. Tapi, belum ada yang masuk ke dalam gua untuk membuktikan kebenaran cerita tersebut.
            Sementara, kondisi sebelah selatan candi dengan jarak kira-kira 50 meter terdapat kubangan air yang dipenuhi rumput liar. Menurut Bowo, berdasarkan cerita yang dia dapatkan, kubangan ini dulunya merupakan kolam mandi yang airnya sangat jernih. “Berdasarkan cerita, kolam ini dulunya merupakan tempat mandi para putri Majapahit. Dan dipercaya jika mandi di kolam ini akan awet muda dan cantik,” jelasnya. Karenanya, lanjut dia, dulunya banyak yang mandi di kolam tersebut untuk mempertahankan kecantikan. Sayangnya, kolam tersebut kini sudah tak bisa lagi digunakan mandi. Seluruh kolam yang cukup luas itu sudah tertutup rumput ilalang dan lumut. Warga sekitar juga jarang yang mengambil air dari tempat tersebut.
            Selain kedua lokasi tersebut, masih ada peninggalan lainnya. Yakni, berupa lingga yoni dari batu andesit 100 meter di arah utara candi. Yoni ini memiliki tinggi, panjang, dan lebar masing-masing 64 cm. sedangkan lingga memiliki diameter 16 cm. Bagian atas yoni pun sudah cuil dan patahannya banyak yang berserakan. Sedangkan pada lingga, pada bagian bulatannya juga patah. “Walau saya asli warga sini, saya tidak tahu pasti tentang candi ini,” ujarnya.
            Sementara itu, berdasarkan data di Dinas Pendidikan Lumajang, hanya ada keterangan fisik material candi tanpa ada data yang lengkap soal candi tersebut. “Hanya tercatat jika bangunan candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1955,” ujar Suyadi, Kasi Kebudayaan. Candi tersebut, lanjut dia, diperkirakan dibangun pada jaman Kerajaan Majapahit pada kisaran tahun 1200-an
Dilain Pihak, terkait perawatan Candi Putri atau Candi Puro, Kabidpora dan kebudayaan Drs Rukin berdalih, jika perawatan candi merupakan kewajiban pemeirntah provinsi. “Kalau kabupaten anggarannya tidak ada. Beberapa kali kami ajukan selalu dicoret,” ujarnya. (zawawi)


No comments:

Post a Comment